Diterbitkan 05/09/2024, 04/32
TEGUCIGALPA – Presiden Honduras Xiomara Castro sedang menghadapi desakan pengunduran diri dari para aktivis anti-korupsi setelah beredarnya sebuah video yang melibatkan saudara iparnya dalam negosiasi sumbangan kampanye dengan para pengedar narkoba. Video yang muncul pada hari Selasa itu menunjukkan Carlos Zelaya, mantan anggota parlemen dan saudara laki-laki dari suami Castro, mendiskusikan dukungan keuangan untuk kampanye Castro dengan para pemimpin geng narkoba Los Cachiros pada tahun 2013.
Gabriela Castellanos, kepala Dewan Anti-Korupsi Nasional, menyurati Castro dalam sebuah surat yang dibagikan di media sosial, mendesaknya untuk mundur karena “tuduhan perdagangan narkoba yang serius yang ditujukan kepada lingkaran keluarga Anda.” Castellanos memperingatkan bahwa kelanjutan kekuasaan Castro dapat membahayakan supremasi hukum dan keamanan di Honduras. Namun, surat tersebut tidak menunjukkan bukti-bukti korupsi yang sedang berlangsung.
Carlos Zelaya mengakui bahwa ia bertemu dengan para penyelundup untuk membicarakan kontribusi kampanye, namun ia menyatakan bahwa ia tidak mengetahui kegiatan kriminal mereka pada saat itu dan membantah menerima dana apapun. Setelah pengungkapan tersebut, ia mengundurkan diri dari jabatannya di Kongres.
Kontroversi ini meningkat setelah keputusan Castro pada tanggal 29 Agustus untuk menarik diri dari perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat. Langkah ini merupakan tanggapan atas kritik AS terhadap pertemuan antara pejabat pertahanan Honduras dan menteri pertahanan Venezuela, yang sedang menghadapi tuduhan perdagangan narkoba di AS. Castro mengklaim bahwa perjanjian tersebut digunakan untuk “mengintimidasi atau memeras” pemerintahnya dan menuduh adanya rencana kudeta terhadapnya.
Castro, yang menjabat sebagai presiden tiga tahun lalu, telah berkomitmen untuk memerangi perdagangan narkoba dan korupsi, dan sering menuduh pendahulunya, Juan Orlando Hernandez, menjalankan “kediktatoran narkoba”. Saudara laki-laki Hernandez sendiri ditangkap di Amerika Serikat pada tahun 2018 dan dihukum karena menjalankan bisnis narkoba pada tahun 2019.
Sumber : Investing.com