Harga Minyak global merosot ke level terendah dalam lebih dari seminggu pada Selasa (24/06), setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran telah menyepakati gencatan senjata total. Pernyataan ini secara langsung menyatakan kekhawatiran Pasar atas potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah. Minyak Brent turun 2,9% menjadi $69,40 per barel, sementara WTI jatuh 3% menjadi $66,48 per barel, setelah sempat menyentuh titik terendah sejak 9 Juni.
Pengumuman gencatan senjata tersebut menyusul eskalasi yang sempat terjadi pasca serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu. Investor yang sebelumnya memburu Minyak karena risiko geopolitik, kini mulai menarik diri karena ketegangan diperkirakan akan mereda. Analis menilai, jika gencatan senjata dipatuhi penuh oleh kedua pihak, harga Minyak kemungkinan akan kembali stabil dan tekanan pasokan dari Iran dapat berkurang.
Namun, risiko tetap membayangi. Selat Hormuz — jalur vital pengiriman Minyak dunia — tetap menjadi perhatian utama Pasar. Analis menekankan bahwa harga Minyak hanya akan kembali naik tajam jika terjadi gangguan besar terhadap pasokan global. Untuk saat ini, reli harga Minyak yang sempat membawa harga ke puncak lima bulan tampaknya mereda, seiring memudarnya “premi risiko” perang dari harga Pasar.
Meskipun ketegangan terus berlanjut — termasuk ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran dan serangan terhadap fasilitas nuklirnya — pasokan dunia dianggap relatif aman. Banyak negara OPEC+ yang siap mengisi ruang distribusi, sementara AS tetap andal dalam pasokan Namun, jika terjadi penutupan rute utama seperti Hormuz, harga memiliki potensi melonjak.(ayu)
Sumber: newsmaker