Harga Minyak terus merosot hingga menyentuh level terendah dalam dua minggu pada Selasa, setelah Israel menyetujui usulan Presiden AS Donald Trump untuk melakukan gencatan senjata dengan Iran. Kesepakatan ini meredakan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent turun $2,48 atau 3,5% menjadi $69 per barel pada pukul 09.27 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun $2,37 atau 3,5% ke level $66,14.
Kedua kontrak sempat merosot hingga 5% di awal sesi perdagangan setelah Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam pernyataan resmi bahwa Israel menyetujui proposal tersebut setelah berhasil mencapai tujuannya, yakni menghilangkan ancaman nuklir dan rudal balistik dari Teheran.
“Harga Minyak turun tajam karena serangan AS ke fasilitas nuklir Iran tidak memicu konflik yang lebih luas yang bisa membahayakan pasokan regional,” tulis Barclays dalam catatan analisnya. Trump sebelumnya menyatakan bahwa gencatan senjata “lengkap dan total” akan segera berlaku demi mengakhiri konflik Israel–Iran.
Namun, masih ada keraguan apakah gencatan senjata akan bertahan. Israel mengklaim bahwa pihaknya memerintahkan militer untuk menyerang Teheran sebagai respons atas dugaan peluncuran rudal oleh Iran. Iran membantah telah melanggar gencatan senjata.
Perang yang telah berlangsung selama 12 hari ini telah memicu volatilitas tinggi di Pasar Minyak. Pada hari Senin, harga Brent sempat bergerak dalam rentang $10, merupakan pergerakan harian terluas sejak Juli 2022.
Kedua kontrak Minyak ditutup turun lebih dari 7% pada sesi sebelumnya, setelah sempat menyentuh level tertinggi lima bulan menyusul serangan AS ke fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu. Keterlibatan langsung AS dalam konflik ini juga membuat perhatian investor tertuju ke Selat Hormuz — jalur air sempit namun vital antara Iran dan Oman — tempat sekitar 18 hingga 19 juta barel Minyak dan bahan bakar per hari mengalir, hampir seperlima dari konsumsi global.(yds)
Sumber: Reuters