Dolar Amerika Serikat kesulitan untuk bangkit pada Rabu (25/6), karena para investor mulai kembali pada aset berisiko setelah tercapainya gencatan senjata rapuh antara Israel dan Iran.
Pasar global merespons positif, dengan indeks saham global mencetak rekor tertinggi semalam setelah gencatan senjata yang rapuh berhasil diberlakukan, dimediasi oleh Presiden AS Donald Trump. Kedua negara memberi sinyal bahwa serangan udara antara mereka telah dihentikan — setidaknya untuk sementara — setelah Trump secara terbuka mengecam mereka karena melanggar gencatan senjata yang ia umumkan.
Para investor pun mulai menjual Dolar secara besar-besaran setelah sebelumnya memburunya sebagai aset safe haven selama 12 hari perang antara Israel dan Iran, yang juga diwarnai oleh serangan AS terhadap fasilitas pengayaan uranium Iran.
Euro turun tipis 0,1% hari ini, tetapi masih berada di $1,1597 — dekat level tertingginya sejak Oktober 2021. Poundsterling stabil di $1,3616, juga mendekati puncaknya sejak Januari 2022. Meskipun gencatan senjata Israel-Iran dinilai masih rentan, Pasar tampaknya menyambut baik jeda konflik ini.
“Pasar tampaknya meremehkan sejumlah risiko penurunan,” ujar Joseph Capurso, Kepala Ekonomi Internasional dan Berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia. “Masalah ini belum selesai, dan bisa kembali menjadi pemicu pergerakan harga komoditas dan Pasar mata uang.”
Untuk mata uang lainnya, franc Swiss yang sempat menyentuh level tertinggi dalam 10,5 tahun pada Selasa, stabil di 0,8051 per Dolar. Yen tertinggal dibandingkan mata uang utama lainnya, melemah pada hari itu dan membuat Dolar naik 0,37% menjadi 145,4.
Beberapa pejabat Bank of Japan menyerukan agar suku bunga tetap ditahan sementara waktu karena ketidakpastian dampak Tarif AS terhadap perekonomian Jepang, menurut ringkasan opini dalam rapat kebijakan bank sentral bulan Juni yang dirilis Rabu.
Indeks Dolar terhadap sejumlah mata uang naik tipis menjadi 98,1. Pada Selasa, Ketua Federal Reserve Jerome Powell tetap dengan pendekatan hati-hatinya dan menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dalam kesaksiannya di Kongres. Namun, pernyataannya tidak banyak mengubah ekspektasi Pasar yang masih memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 18% pada Juli, menurut alat CME FedWatch.
Serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan dalam beberapa pekan terakhir juga memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan memangkas suku bunga tahun ini, dengan kontrak berjangka menunjukkan potensi pelonggaran hingga hampir 60 basis poin pada Desember.
Data pada Selasa menunjukkan kepercayaan konsumen AS secara tak terduga menurun di bulan Juni karena kekhawatiran rumah tangga terhadap ketersediaan lapangan kerja — sinyal lain bahwa kondisi Pasar tenaga kerja mulai melemah.(yds)
Sumber: Reuters