Harga Minyak naik tipis pada Kamis (27/6) pagi waktu Asia, didorong oleh penurunan signifikan dalam persediaan Minyak mentah Amerika Serikat yang menandakan permintaan yang kuat. Brent tercatat naik 15 sen atau 0,2% menjadi $67,83 per barel, sementara Minyak WTI naik 20 sen atau 0,3% ke $65,12 per barel. Kenaikan ini melanjutkan reli sejak Rabu, di mana kedua acuan harga Minyak naik hampir 1% setelah pulih dari tekanan awal minggu ini.
Badan Informasi Energi (EIA) AS melaporkan bahwa persediaan Minyak mentah turun 5,8 juta barel dalam sepekan hingga 20 Juni, jauh melebihi ekspektasi penurunan hanya 797.000 barel. Penurunan juga terjadi pada stok bensin sebesar 2,1 juta barel, menandakan meningkatnya konsumsi di tengah dimulainya musim mengemudi di AS. Data ini memperkuat persepsi Pasar bahwa permintaan bahan bakar domestik AS kembali menguat setelah awal tahun yang lambat.
Meski demikian, investor tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik, khususnya status gencatan senjata antara Iran dan Israel. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa konflik di Timur Tengah telah berakhir, namun ia juga menegaskan bahwa tekanan terhadap ekspor Minyak Iran tetap diberlakukan. Trump mengisyaratkan adanya kemungkinan pelonggaran sanksi jika Iran menunjukkan komitmen dalam pembicaraan mendatang terkait program nuklirnya.
Sementara itu, perhatian Pasar mulai bergeser ke pertemuan OPEC+ pada awal Juli. Kepala Rosneft Rusia, Igor Sechin, menyebut bahwa aliansi produsen Minyak tersebut bisa mempercepat rencana peningkatan produksi hingga satu tahun lebih cepat. Jika terealisasi, hal ini bisa menjadi faktor penyeimbang harga Minyak yang telah menguat akibat sentimen pasokan ketat. Namun untuk saat ini, fundamental permintaan yang kuat tetap menjadi pendorong utama pergerakan harga Minyak global.
Sumber: (ayu-newsmaker)