Harga Emas turun 2% pada hari Kamis (27/6), menyentuh level terendah dalam hampir satu bulan, setelah kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok meningkatkan selera risiko investor dan mengurangi daya tarik Emas sebagai aset safe-haven. Harga Emas spot melemah 2% menjadi $3.261,28 per ons pada pukul 09:34 EDT (13:34 GMT), yang merupakan level terendah sejak 29 Mei. Logam mulia ini mengalami penurunan selama dua minggu berturut-turut, dengan penurunan mingguan mencapai 3,2%. Emas berjangka AS juga turun 2,2% menjadi $3.272,90.
“Melunaknya ketegangan geopolitik memberi peluang bagi investor untuk ambil untung, karena prospek ke depan dari kemungkinan konflik bersenjata dengan Tiongkok dan perkembangan di Timur Tengah mulai mereda,” kata Daniel Pavilonis, ahli strategi Pasar senior di RJO Futures. Kesepakatan perdagangan antara AS dan Tiongkok yang dicapai pada Kamis, terkait percepatan pengiriman tanah jarang ke AS, dipandang Pasar sebagai sinyal positif. Setelah itu, bursa saham global pun menguat. Di Timur Tengah, gencatan senjata antara Iran dan Israel masih berlangsung meskipun sempat terjadi bentrokan kecil di awal.
Dari sisi data, belanja konsumen AS secara tak terduga turun pada bulan Mei karena lonjakan pembelian barang seperti mobil sebelum Tarif diberlakukan mulai mereda. Sementara itu, inflasi bulanan tetap moderat. Data ini mendorong pelaku Pasar untuk meningkatkan taruhan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada tahun 2025, kemungkinan dimulai pada bulan September. Namun menurut Pavilonis, data ekonomi tidak cukup kuat untuk mengangkat harga Emas karena penurunan lebih disebabkan oleh meredanya ketegangan geopolitik.
Di seputar geopolitik dan ekonomi yang stabil mengurangi daya tarik Emas sebagai aset pelindung nilai, mendorong investor beralih ke aset berisiko. Di sisi lain, suku bunga tinggi juga membuat Emas kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil.
Harga Perak spot juga turun 2% ke level $35,88 dan diperkirakan akan melemah sepanjang pekan ini.(yds)
Sumber: Reuters