Harga Perak (XAG/USD) bergerak melemah pada perdagangan hari Jumat (28/6), turun mendekati level $36,50 per troy ounce selama sesi Asia. Penurunan ini terjadi setelah Perak mencatatkan dua hari Penguatan berturut-turut sebelumnya. Meskipun ada kekhawatiran baru di Pasar global yang biasanya mendukung logam mulia, sentimen risiko terlihat goyah karena ketidakpastian arah kebijakan Federal Reserve (The Fed) ke depan.
Penyebab utama dari tekanan terhadap Perak datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell. Dalam pertemuan NATO di Den Haag, Trump menyebut Powell sebagai sosok yang “mengerikan” dan mengindikasikan bahwa dirinya siap menunjuk pengganti Powell paling cepat pada bulan September atau Oktober. Hal ini menimbulkan ketidakpastian tentang arah kebijakan moneter AS di masa depan, sehingga membuat investor menahan diri dari aset lindung nilai seperti Perak.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik kembali meningkat setelah pernyataan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi. Ia menegaskan bahwa Iran tidak memiliki rencana untuk melanjutkan negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat. Pernyataan tersebut memicu kekhawatiran baru di Pasar, namun belum cukup kuat untuk mendorong kenaikan harga Perak secara signifikan.
Untuk saat ini, pelaku Pasar cenderung menunggu kejelasan lebih lanjut terkait arah kebijakan Fed serta perkembangan geopolitik di Timur Tengah. Perak tetap berada dalam tren naik jangka menengah, namun volatilitas tinggi diperkirakan masih akan membayangi pergerakan harga logam mulia dalam beberapa sesi ke depan.
Sumber: (ayu-newsmaker)