Harga Minyak naik pada hari Jumat (27/6) namun tetap berada di jalur penurunan mingguan terdalam sejak Maret 2023, karena tidak adanya gangguan pasokan yang signifikan dari konflik Iran-Israel membuat premi risiko menguap. Kontrak berjangka Brent naik 42 sen, atau 0,6%, menjadi $68,15 per barel pada pukul 13:28 GMT, sementara Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 51 sen, atau hampir 0,8%, menjadi $65,75 per barel.
Selama perang 12 hari yang dimulai setelah Israel menyerang fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni, harga Brent sempat melonjak ke atas $80 per barel sebelum anjlok ke $67 setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata Iran-Israel. Kedua kontrak tersebut menuju penurunan mingguan sekitar 12%.
Pasar hampir sepenuhnya mengabaikan premi risiko geopolitik dari sekitar seminggu yang lalu, dan kini kembali ke Pasar yang digerakkan oleh fundamental,” kata analis Rystad, Janiv Shah. Ia menambahkan bahwa Pasar juga mencermati pertemuan kelompok produsen Minyak OPEC+ pada 6 Juli mendatang, yang diperkirakan akan menghasilkan kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari, serta indikator permintaan musim panas yang juga menjadi perhatian utama.
Harga juga mendapat dukungan dari beberapa laporan inventaris Minyak yang menunjukkan penurunan besar pada produk sulingan menengah, menurut analis PVM Oil Associates, Tamas Varga.
Sementara data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu menunjukkan bahwa persediaan Minyak mentah dan bahan bakar turun dalam sepekan sebelumnya, seiring dengan meningkatnya aktivitas penyulingan dan permintaan. Sementara itu, data pada Kamis menunjukkan bahwa stok gasoil independen di pusat penyulingan dan penyimpanan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp (ARA) turun ke level terendah dalam lebih dari setahun, dan persediaan distilat menengah di Singapura juga menurun karena ekspor bersih meningkat dari minggu ke minggu.(yds)
Sumber: Reuters