Harga Minyak memangkas sebagian penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Fokus Pasar kini beralih dari konflik di Timur Tengah ke negosiasi perdagangan AS.
Harga Minyak Brent sedikit menguat mendekati $68 per barel, meski masih turun lebih dari 11% sepanjang pekan ini. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di atas $65. Dengan gencatan senjata yang rapuh tetap bertahan, perhatian investor kini tertuju pada kemajuan pembicaraan dagang antara AS dan Tiongkok. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan bahwa kesepahaman yang dicapai bulan lalu telah difinalisasi, dan pernyataan ini kemudian dikonfirmasi oleh pihak Tiongkok.
Lutnick menyampaikan dalam wawancara dengan Bloomberg bahwa kesepakatan yang ditandatangani dua hari lalu itu mencakup ketentuan terkait pengiriman logam tanah jarang dari Tiongkok ke AS. Juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan bahwa kedua negara terus menjalin kontak erat setelah mengadakan perundingan dagang di London awal bulan ini.
Harga Minyak bergerak dalam rentang sekitar $15 per barel minggu ini, setelah melonjak tajam pada Senin menyusul serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran, sebelum Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata. Gencatan tersebut meredakan kekhawatiran gangguan pasokan dari kawasan yang menyumbang sekitar sepertiga produksi Minyak mentah dunia.
Sejak gencatan, Trump menyampaikan pesan yang membingungkan soal kampanye tekanan maksimum terhadap Iran, bahkan mengisyaratkan bahwa sanksi AS tidak efektif menghentikan Tiongkok membeli Minyak dari Iran. CNN melaporkan bahwa Pemerintah AS tengah mempertimbangkan insentif untuk memulai kembali pembicaraan dengan Teheran, termasuk pelonggaran sanksi dan pembebasan dana yang dibekukan. Namun, Iran membantah adanya rencana pembicaraan ulang dengan AS, menurut kantor berita Pemerintah IRNA.(yds)
Sumber: Bloomberg