Harga Minyak naik saat para trader menilai dampak gencatan senjata antara Iran dan Israel serta laporan Pemerintah AS yang menunjukkan penurunan besar dalam stok Minyak mentah AS.
Stok Minyak mentah AS turun untuk minggu kelima berturut-turut, yang menyusut 5,8 juta barel hingga mencapai level terendah musiman dalam 11 tahun terakhir.
Pasar Minyak mulai stabil setelah mengalami gejolak hebat, termasuk pergerakan harian terbesar dalam hampir tiga tahun terakhir.
Harga Minyak menguat — bangkit dari penurunan dua hari terbesar sejak 2022 — seiring para pelaku Pasar menilai situasi geopolitik di Timur Tengah dan data Pemerintah AS yang mengindikasikan penurunan besar dalam cadangan Minyak mentah.
Minyak Brent naik mendekati $68 per barel, setelah anjlok 13% dalam dua hari terakhir. Presiden Donald Trump mengatakan bahwa AS akan mengadakan pertemuan dengan Iran pekan depan, namun meragukan perlunya kesepakatan diplomatik setelah serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran. Ia menyatakan bahwa ketegangan di kawasan tersebut “sudah selesai.”
Sementara itu, data Pemerintah AS yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa persediaan Minyak mentah AS turun untuk minggu kelima, turun sebesar 5,8 juta barel dan mencapai level terendah musiman dalam 11 tahun terakhir. Persediaan di Cushing, Oklahoma — titik pengiriman untuk West Texas Intermediate (WTI) — juga turun ke level terendah sejak awal Februari.
Gejolak mulai mereda di Pasar Minyak global yang sepanjang minggu ini mengalami perjalanan liar, ditandai dengan lonjakan harga harian terbesar dalam hampir tiga tahun. Volatilitas perdagangan ini diperburuk oleh tingginya volume perdagangan di Pasar opsi, sementara kurva harga berjangka Minyak yang diawasi ketat kini telah kembali ke level sebelum konflik.(yds)
Sumber: Bloomberg